MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
A.
Pengertian Manusia
Manusia memiliki kelebihan diantara ciptaan Tuhan lainnya
yaitu terletak pada akal budi, yakni sebagai potensi dalam diri manusia yang
tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.Namun ada juga manusia manusia yang dungu
yaitu orang orang yang suka membuat bid’ah. Bisa dikatakan manusia merupakan
orang yang bodoh. Dan ada juga manusia yang memiliki tabiat kasar, memiliki
kecenderungan yang menyimpang, dan dingin dengan tingkah laku.
Di dunia ini terdapat banyak ragam sifat, sikap dan
prilaku dari manusia. Tidak semua manusia sama. Tidak semua manusia bisa
memanfaatkan akal budinya untuk kebaikan. Tidak semua manusia di dunia ini
jenius dan cerdik dalam meniti perjalanan hidup mereka dengan penuh kegigihan,
karena mereka sadar akan kekurangan mereka masing-masing.
Kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan adalah anugerah
bagi manusia. Manusia tidak berkuasa atas datangnya hal yang tidak diinginkan
tetapi diberi oleh Tuhan, tetapi manusia berhak menentukan bagaimana cara
menghadapi hal yang tidak diinginkan itu. Manusia diberi akal, maka manusia
memiliki kekuatan yang hebat dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, dengan
perpaduan iman, usaha, dan doa, serta kepasrahan yang kuat, manusia dapat
menjalani kehidupannya dengan kesungguhan dan kegigihan. Manusia merupakan
makhluk social yang tidak pernah lepas dari ketergantungan pada makhluk dan
situasi di lingkuannya. Maka dari itu, interaksi antar sesama manusia sangat
diperlukan.
B.
Hakekat Manusia
a). Makhluk ciptaan
tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa,
wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya
hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh,tidak dapat dilihat, tidak
dapat dirasa, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal jiwa akan
terlepas dan akan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami
kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sebagai penggerak
dan sumber kehidupan.
b). Mahkluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada adab dan kebudayaannya, karena
manusia dilengkapi oleh akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam
jiwa manusia. Dengan akal manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan manusia mampu
mempertimbangkan, menilai dan berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan,
dan kebaikan atau sebaliknya.
Selanjutnya, dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya
rasa dalam diri manusia itu ada dua macam, yaitu perasaan indrawi dan perasaan
rohani. Perasaan indrawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra,
tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang
terdapat pada manusia, misalnya:
·
Perasaan intelektual
·
Perasaan estesis
·
Perasaan etis
·
Perasaan social
·
Perasaan diri
·
Perasaan religious
c). Makhluk
biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi
factor factor hayati dan budayawi.
Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi,
fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi,
evolusi biologisnya, dan sebagainya. Sebagai makhluk budayawi manusia dapat
dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi social,
kesenian, ekonomi, perkakas, bahasa, dan sebagainya.
d). Makhluk ciptaan
Tuhan yang terikat dengan lingkungan , mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan
bekerja dan berkarya.
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis,
dan religius. Dengan kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya
sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali karya dalam lukisan,
tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis , manusia meningkatkan kehidupan
estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk bentuk keputusan bebas dan
dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religious, manusia menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula
ia menuju kesempurnaan dan semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran.
Semakin mendalam penghayatan terhadap Tuhan semakin bermakna pula kehidupannya.
C.Kepribadian
Bangsa Timur
Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalam
masyarakat Barat, dimana konsep konsep dan teori teori mengenai aneka warna isi
jiwa, serta metode metode dan alat alat untuk menganalisis dan mengukur secara
detail variasi nisi jiwa , serta metode metode dan alat alat untuk menganalisis
dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu.
Sampai sekarang ilmu psikologi di Negara Barat itu
terutama mengembangkan konsep dan teori mengenai aneka warna isi jiwa. Untuk
mengindari pendekatan terhadaap jiwa manusia itu, hanya sebagai objek yang
terkandung dalam batas individu yang terisolaso, maka Hsu telah mengembangkan
suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk social budaya itu mengandung delapan daerah
yang seolah olah seperti lingkaran konsentris
sekitar diri pribadi.
Nomer 7 dan nomer 6 disebut daerah tak sadar dan sub
sadar. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman diri alam jiwa individu
dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak kedalam,
sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan.
Nomer 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan. Lingkaran
itu terdiri dari beberapa pikiran dan gagasan yang disadari oleh individu itu
sendiri, tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tidak
dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan. Lingkaran ini
di dalam alam jiwanya mengandung beberapa pikiran, gagasan, dan perasaan yang
dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu ke sesamanya.
Nomer 3 disebut lingkaran karib. Lingkaran di dalam alam
jiwanya ini mengandung konsepsi rang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda
yang oleh si individu diajak bergaul secara mesra dan karib, yang bisa dipakai
sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang
terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan/masalah-masalah hidup
yang menyulitkan.
Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna, tidak lagi
ditandai oleh sikap sayang dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan
dari orang, binatang, atau benda-benda itu bagi dirinya.
Nomer 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari
pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda,
alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat
sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap
kehidupan sehari-hari.
Nomor 0 disebut lingkaran luar, terdiri dari
pikiran-pikiran dan angapan-anggapan yang hamper sama dengan pikiran yang
terletak dalam lingkungan nomor 1, hanya bedanya terdiri dari pikirian dan
anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakat, dan ditanggapi
oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
A. Pengertian
Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan
secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive
Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya
terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai
anggota masyarakat.
Pada sisi yang agak berbeda, Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil
kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan
cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara lebih jelas
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang
dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
a. Kebudayaan materiil (bersifat
jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat
rumah tangga, dan lain-lain.
b. Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah),
yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa,
ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara
generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk
membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia
(secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi,
kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
B.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan setiap
masyarakat berbeda-beda. Namun, ada unsur-unsur pokok kebudayaan yang secara
umum dimiliki oleh setiap masyarakat. Unsur yang dimaksud sering disebut
unsur-unsur kebudayaan universal (cultural universals).
Beberapa ahli telah merumuskan unsur-unsur kebudayaan
pokok. Para ahli tersebut, di antaranya Melville J. Herskovits yang
menyampaikan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem
ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik.
Sementara itu Bronislaw
Malinowski menyebut unsur-unsur pokok
kebudayaan sebagai berikut :
· Sistem norma yang memungkinkan kerja
sama antaranggota masyarakat sebagai upaya menguasai alam sekitarnya.
· Organisasi ekonomi.
Alat-alat dan lembaga
atau petugas pendidikan, termasuk keluarga sebagai lembaga pendidikan yang
utama.
· Organisasi kekuatan.
Adapun C. Kluckhohn
dalam karyanya Universals Categories of Culture memaparkan ada tujuh unsur
kebudayaan yang dianggap cultural universals, yaitu sebagai berikut :
1. Sistem kepercayaan (sistem religi).
Setiap masyarakat
memiliki keyakinan terhadap hal-hal bersifat religi, bahkan pada masyarakat
atheis (tidak percaya adanya Tuhan) sekali pun.
2. Sistem pengetahuan.
Setiap masyarakat
mempunyai sistem pengetahuan yang mungkin berbeda-beda pada setiap
masyarakatnya.
3. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
Setiap masyarakat juga
memiliki pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat-alat produksi,
senjata, dan sebagainya.
4. Mata pencaharian dan sistem-sistem
ekonomi.
Dalam masyarakat selalu
ada mata pencaharian atau sistem ekonomi, seperti pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.
5. Sistem kemasyarakatan.
Setiap masyarakat
biasanya memiliki kemasyarakatan, di antaranya, sistem kekerabatan, organisasi
politik, sistem hukum, dan sistem pekawinan.
6. Bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Masyarakat mana yang
tidak memiliki bahasa? Tentunya tidak ada masyarakat yang tidak memiliki
bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.
7. Kesenian, baik seni rupa, seni suara,
maupun seni lainnya.
Setiap masyarakat
mempunyai berbagai macam seni yang tentunya berbeda dengan masyarakat lainnya.
Selain unsur di atas,
para hali mengemukakan unsur budaya sebagai berikut:
Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
· alat-alat teknologi
· sistem ekonomi
· keluarga
· kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski
mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
· Sistem norma sosial yang memungkinkan
kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
· Organisasi ekonomi
· Alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
· Organisasi kekuatan (politik)
C.Wujud
Kebudayaan
Menurut dimensi wujudnya,
kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran
manusia
Wujud ini disebut
system budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada
kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam
pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks aktivitas
Berupa aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, sifat kongkret, dan diamati atau diobservasi.
3. Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia yang
saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai
hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
D. Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan sebagai
karya manusia memiliki system nilai. Menurut C.Kluckom dalam karyanya system
nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima
masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakekat Hidup Manusia (MH)
Hakekat hidup manusia
untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem, ada yang berusaha untuk
memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola pola kelakuan tertentu menganggap
hidup sebagai suatu hal yang baik.
2. Hakekat karya manusia (MK)
Setiap kebudayaan
sejatinya memiliki hakekat yang berbeda beda. Diantaranya ada
yang beranggapan bahwa
karya bertujuan untuk hidup.karya memberikan kedudukan atau kehormatan. Karya
merupakan gerak hidup untuk membentuk karya yang berikutnya.
3. Hakekat waktu manusia (MW)
Hakekat waktu untuk
setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa
lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang akan datang.
4. Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang
menganggap manusia sering mengeksploitasi alam, dan ada pula kebudayaan yang
menganggap manusia sebagai pemelihara alam.
5. Hakekat hubungan manusia (MN)
Dalam hal ini yang
dipentingkan adalah hubungan antara manusia dengan manusia, baik secara
horizontal (sesamanya) maupun secara vertical (orientasi kepada tokoh-tokoh).
Ada pula yang berpandangan individualis.
E.
Perubahan Kebudayaan
Tidak ada kebudayaan
yang stastis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia. Gerak manusia terjadi oleh karena ia
mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi
hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat terjadi perubahan, yang
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam
masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi
penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan
fisik tempat mereka hidup.
Perubahan kebudayaan
ialah perubahan yang terjadi dalam system ide yang dimiliki bersama oleh para
warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain
aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga
teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa.
F. Hubungan Manusia dengan Kebudayaan
Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku
kebudayaan dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan oleh manusia.
Dalam sosiologi manusia
dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya walaupun dua duanya
berbeda tetapi tetap satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dengannya. Tampak akhirnya keduanya merupakan ssatu kesatuan.
Dari sisi lain,
hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis,
maksudnya saling kait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui
tiga tahap yaitu:
1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana
manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dirinya.
2. Obyektivitas, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas objektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia.
3. Internalisasi, yaitu proses dimana
masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Manusia dengan
kebudayaan mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang
ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul, manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan
masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Sumber :
http://www.elearning.gunadarma.ac.id
Universitas Gunadarma, Diklat Kuliah Ilmu Budaya Dasar, Edisi
2007 (Widyo Nugroho, Achmad Muchji)
http://www.anwarabdi.wordpress.com/2013/04/07/ibd-pengertian-kebudayaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar